Sabtu, 19 April 2014

BEAUTIFUL TROUBLESOME

Diposting oleh Unknown di 08.34 0 komentar
BEAUTIFUL TROUBLESOME



Dan aku tersesat di dalam hatiku
Aku terpaku diantara salju yang dingin
Berdiri diantara guguran kelopak bunga sakura
Indah nan wangi
Tanpa arah, hanya putih berebut dengan merah muda-nya sakura
Dan aku menggigil dalam kepungan rasa
Andai saja kutahu arah itu
Maka aku akan berlari menjauh dan menjauh

•••

Sunyi.
Hanya terdengar suara gerimis yang menerobos melalui celah-celah jendela. Di dalam kamar yang cukup besar ini, Cinta, gadis berdarah Jogja yang mungil ini sedang asyik mengetik di depan laptop-nya. Konsentrasinya terhenti saat mendengar handphone-nya berbunyi.
“Fotonya mana dek?”
Cinta tertegun membaca pesan singkat di handphone-nya tersebut. “Ya Allah, kenapa selalu dia? Padahal aku sudah tak ingin mengingatnya lagi.” Bisik Cinta dalam hati.
Cinta terdiam sambil memandangi deretan huruf di layar handphone-nya. Hari ini, tujuh tahun lebih sejak Cinta beranjak dari masa SMA. Begitu banyak hal yang telah dilalui setelah masa itu. Sekian banyak perubahan yang telah ia alami. Tapi entah kenapa bayangan lelaki itu masih saja menghantuinya. Meski selalu saja ada lelaki lain yang hampir menggantikannya tapi selalu saja Cinta kembali padanya. Pengirim pesan singkat itu. Lelaki berwajah oriental itu.
Cinta melihat ke arah jendela kamarnya dan menatap gerimis yang semakin mengingatkannya pada lelaki berwajah oriental itu. Hampir delapan tahun yang lalu, tepatnya tahun 2007 saat ia masih kelas XII SMA.
Awalnya saat Cinta memasuki kelas XII semua berjalan seperti biasa, sampai suatu hari ia mulai memperhatikan seorang teman lelakinya keturunan Cina. Anthoni namanya. Lelaki berwajah oriental dan berkulit putih itu terlihat begitu berbeda dengan teman-teman lelakinya yang lain. Tidak hanya dari fisiknya saja, tapi dari kecerdasan dan sikapnya yang dewasa dan cenderung pendiam. Entah berawal dari mana, tiba-tiba rasa itu hadir seperti kelopak bunga sakura yang berguguran begitu kencang tertiup hembusan angin di musim gugur. Sejak saat itulah Cinta seperti memiliki semangat baru yang luar biasa untuk datang lebih awal ke sekolah dan menghabiskan waktu siangnya di sana.

•••

Bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi mengalahkan suara derai hujan yang mulai mereda. Beberapa siswa mulai keluar meninggalkan kelas semantara Cinta masih saja mengamati keluar jendela tanpa beranjak sedikit pun dari tempat duduknya.
“Nih novelnya.” Citra, salah satu sahabat dekat Cinta, menyodorkan sebuah buku padanya.
“Heh.” Cinta tersadar dari lamunan.
“Ngelamunin siapa? Oh, Anthoni ya? Chieee yang akhirnya dapet satu kelompok praktikum sama Anthoni.”
Cinta hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan sahabatnya sambil melirik ke arah seseorang yang sedang berdiri di dekat pintu kelas. “Lusa Anthoni ulang tahun. Ngado apa nggak ya gue?” Tanya Cinta iseng.
“Oya? Anthoni?”
Cinta menjawab dengan anggukan.
“Dan lo tahu ya hampir semua hal tentang dia? Gila.” Lanjut Citra sambil tertawa.
Cinta tersenyum. Tanpa banyak bicara ia merapikan baju dan jilbabnya agar terlihat rapi saat di depan Anthoni. Cinta mendekati Anthoni dan memberikan sebuah buku padanya.
“Hey. Oya, semua catatan materi, bahan dan alat buat prakter besok ada di sini ya.”
“Ok. Insyaallah besok disiapin deh bahannya.” Jawab Anthoni singkat kemudian berlalu.
“Pulang yuk.” Ajak Citra.
“Lo duluan aja deh, gue mau cari ke toko buku dulu.”
“Oya? Ada tugas bikin resensi novel lagi? Atau ada lomba nulis cerpen lagi?”
“Nggak sih, cariin buku buat dia.” Cinta melirik kearah Anthoni yang terlihat semakin menjauh. “Dah Ncit.” Cinta berlari meninggalkan Citra. Hari ini Cinta seperti mendapat energi yang luar biasa saat akhirnya Bu Mia, guru biologi mereka membagi kelas menjadi beberapa kelompok praktikum dan Cinta mendapat kelompok yang sama dengan Anthoni. Cinta merasa sangat senang saat bisa berada di dekat Anthoni meski hanya sesaat saja. Melihat senyumnya yang teduh Cinta bahkan tak merasakan dinginnya air hujan saat ia harus berlari menembusnya menuju sebuah toko buku. Disanalah  Cinta membelikan sebuah Al-Qur’an kecil berwarna silver untuk Anthoni.

•••

Cinta melihat Anthoni berada begitu dekat dengannya. Dekat sekali, seakan Cinta bisa mendengar detak jantungnya. Cinta bisa melihat jelas setiap garis wajah Anthoni. Dengan koko putih seperti ini Anthoni terlihat semakin menarik. Cinta merasakan pipinya mulai memerah dan memanas seiring dengan detak jantungnya yang semakin cepat. Suasana seperti ini membuat perasaannya menjadi kacau. Dan tiba-tiba Anthoni mendekat, semakin mendekat dan memegang keningnya.
Cinta tersentak. “Astaghfirullah, ternyata cuma mimpi. Ah, kening gue. Kenapa dia megang kening gue? Rasanya benar-benar seperti nyata.” Cinta terbangun dan memegang keningnya. Cinta duduk dan mengambil Al-Qur’an yang telah terbungkus rapi di atas meja kamar. “Benar-benar seperti nyata. Rasanya seperti getaran aneh saat Anthoni memegang kening gue.” Cinta hanya tersenyum dan membayangkan jika saja hal itu benar-benar terjadi dan bukan sekedar mimpi. Seandainya suatu saat nanti ia bisa benar-benar berada sedekat ini dengan Anthoni.

•••

Paginya, tepat tanggal 4 Januari 2007 Cinta datang ke sekolah lebih awal dari biasanya. Baru saja ia akan memasuki ruang kelas, tapi langkah kakinya terhenti saat mendengar kedua sahabatnya, Citra dan Nanda yang sedang berbicara di bangku mereka.
“Anthoni ultah lho Nan. Cinta kemarin beliin buku buat dia. Lo ngasih apa?” Tanya Citra pada Nanda yang sedang asyik dengan bukunya.
Nanda tersenyum. “Aku mencintai Anthoni lebih dari apa pun. Tapi aku nggak butuh barang atau kado untuk kuberikan padanya dihari ini, karna bahkan sehabis sholatku aku selalu memberinya doa. Dan itu adalah kado terindah yang aku berikan padanya setiap hari.” Ucap Nanda santai.
“Bahasa lo tinggi ya.” Sindir Citra sambil tertawa.
Mendangar pernyataan itu Cinta tak bisa berkutik. Ia hanya bisa terdiam dibalik pintu. Cinta tersadar bahwa ia masih berada di segitiga itu. Segitiga semu antara dirinya, Anthoni dan Nanda, sahabatnya. Jika saja Nanda tahu bahwa ia pun bahkan merasakan yang sama dengan Nanda. Ia mencintai Anthoni melebihi apa pun. Tapi selalu ia ingat bahwa Nanda adalah sahabat baiknya dan ia tak seharusnya seperti ini karna Nanda adalah sahabat yang luar biasa. Sangat luar biasa. Sahabat terbaik dan terdewasa yang ia miliki.
Cinta berbalik arah dan berjalan menjauhi kelasnya. Langkahnya terhenti saat melihat salah seorang teman rohisnya. Tanpa banyak bicara Cinta memberikan kadonya pada temannya tersebut.
“Lho? Apa ini Ta?” Tanyanya heran.
“Udah ambil aja. Taruh aja di mushola sekolah.” Jawab Cinta sambil berlalu pergi.

•••

Siang harinya Cinta sengaja menghindari semua orang. Nanda, Citra bahkan Anthoni. Ia hanya sedang ingin berfikir dan berusaha untuk tidak seegois itu. Ia berfikir bahwa Nanda adalah sahabanya dan ia tahu bahwa Nanda pun mencintai cowok yang sama dengannya dan Nanda tetaplah Nanda sahabat terbaiknya. Cinta mengeluarkan sebuah novel dari tasnya dan mulai membaca.
“Cinta.”
Cinta tersentak dan menoleh pada suara itu. “Anthoni?” Cinta terkejut melihat Anthoni yang tiba-tiba berada di samping mejanya.
Anthoni tersenyum. Matanya yang sipit terlihat semakin sipit, tapi bagi Cinta tetap saja ini senyum yang meneduhkan.
“Ada apa?” Tanya Cinta gugup.
“Terimakasih ya buat kadonya.” Tanpa berkata-kata lagi Anthoni langsung pergi begitu saja menuju mejanya.
“Kado? Bukannya uda gue kasih si Andin. Ah, anak itu. Jangan-jangan Andin ngasih ke dia. Tapi mana mungkin? Atau…” Pikiran Cinta mulai kacau. Antara bingung, senang, malu dan bersalah. Ya, bersalah. Ia merasa bersalah dengan Nanda, sahabatnya, karena kado itu akhirnya sampai juga di tangan Anthoni. Tapi ia begitu penasaran, siapa yang memberikan kado itu kepada Anthoni? Sedangkan tak ada yang tahu tentang perasaannya kepada Anthoni, kecuali kedua sahabatnya, Nanda dan Citra.
Cinta kembali merasakan pipinya yang mulai memerah dan memanas. Detak jantungnya seolah mengalahkan deru langkah kaki Anthoni yang menjauh. Cuma satu yang ingin ia tahu saat itu. Siapa yang memberikan kado itu kepadanya. Perasaan Cinta semakin kacau saat Anthoni kembali menghampiri mejanya. “Oh God, untuk kali ini aku nggak ingin dia kesini.” Gumamnya dalam hati.
“Ta, ini bahan buat praktikum kelompok biologi kita lusa ya. Bilang aja kalau ada yang kurang nanti kita cari barengan.”
Cinta mengambil beberapa bahan praktikum dari tangannya dan ia melihat ada luka yang sama di jari tangan Anthoni, sama seperti luka yang sedang ada di jarinya. Cinta merasa bahwa ini seperti terencana dengan baik olehNYA. Cinta tak tahu apa yang harus ia lakukan saat itu. Ia begitu bahagia dengan hal itu, dengan percakapan itu dan dengan luka yang sama. Tapi semuanya harus memudar saat ia sadar bahwa Nanda mungkin saja ingin merasakan hal ini.

•••

Siang ini di ruang perpustakaan Cinta menemani Citra mencari buku-buku Kimia. Sambil menunggu sahabatnya tersebut, ia menulis sesuatu di bukunya.

Dan aku tersesat di dalam hatiku
Aku terpaku diantara salju yang dingin
Berdiri diantara guguran kelopak bunga sakura
Indah nan wangi
Tanpa arah, hanya putih berebut dengan merah muda-nya sakura
Dan aku menggigil dalam kepungan rasa
Andai saja kutahu arah itu
Maka aku akan berlari menjauh dan menjauh

Cinta sadar bahwa perasaan bimbang itu semakin hari semakin pandai menjajahnya. Beradu dengan perasaan cintanya pada Anthoni, lelaki berwajah oriental yang akhir-akhir ini perlahan mulai menjadi kian berarti dalam hidupnya.
“Gue jahat ya?” Tanya Cinta pada Citra, begitu sahabatnya itu datang dan duduk di sampingnya.
“Lo ngomong apa sih?” Tanya Citra heran.
“Perasaan gue kacau.”
“Kenapa?” Tanya Citra semakin penasaran.
“Nggak seharusnya gue menjaga perasaan gue ke Anthoni sampai sehebat ini. Nggak seharusnya gue egois dan menyakiti Nanda.”
“I miss you.” Tiba-tiba Nanda merangkul bahu Citra dan Cinta.
“Nanda?” Cinta menoleh heran pada Nanda yang tiba-tiba datang.
“Cinta itu anugerah. Ia datang untuk dijaga, bukan untuk dibunuh. Dan bahkan ia datang dengan spontan, tanpa rencana. Dan ia tak pernah memberimu kesempatan untuk memilih. Tak ada satu pun diantara kita yang pantas untuk dipersalahkan dengan perasaan ini. Jaga ia, rawat ia. Dan persahabatan kita akan tetap abadi.”
Sungguh. Pernyataan itu tak pernah dapat Cinta lupakan. Sebuah perasaan serta cerita cinta dan persahabatan yang sangat unik. Cinta yang begitu hebat dan indah, meski ia tak pernah terungkap. Persahabatan yang kuat meski banyak hal yang pernah terjadi diantara mereka. Hari-hari setelah itu pun berlalu dengan penuh warna. Warna-warna persahabatan. Warna-warna cinta.
Selalu ada hal-hal kecil yang berarti menyelip diantara hari-hari indah itu. Ada beberapa kejadian aneh yang seolah seperti terencana dengan sempurna.

•••

Masa-masa indah itu berlalu begitu cepat hingga kini tiba saatnya menyiapkan ujian. Secepatnya Cinta akan segera berlalu dari masa-masa SMA ini. Cinta melihat beberapa ruang ujian telah disiapkan. Sekolah terlihat sepi karna hari ini hanya ada anak kelas XII saja yang masuk untuk mengadakan doa bersama. Seusai sholat dan doa bersama, Cinta, Nanda, Citra dan beberapa anak termasuk Anthoni masih duduk di teras-teras kelas.
“Pulang yuk.” Ajak Nanda dan Citra hampir bersamaan.
Cinta hanya menggeleng. “Duluan aja.”
Mereka berlalu. Tinggallah Cinta bersama beberapa anak termasuk Anthoni. Cinta kembali melihat sekelilingnya dan rasanya begitu berat untuk segera meninggalkan tempat ini. Meninggalkan masa-masa indah disini.
“Ta.” Anthoni mendekat dan duduk disebelahnya. “Sudah siap kan? Good luck ya!” Anthoni menjabat tangannya.
“Insyaallah. Sukses juga ya buat kamu!” jawab Cinta singkat.
Percakapan singkat itu tak pernah terlupa. Ucapan itu seperti energi yang membuat Cinta sedemikian semangatnya untuk ujian. Setiap pagi sebelum masuk ruang ujian tak pernah lupa Anthoni sekedar menyapa dan mengajaknya berdoa.
Kelulusan pun tiba. Cinta lulus dengan nilai yang baik. Hari itu Cinta sengaja mencari Anthoni sekedar ingin tahu kabar kelulusannya tapi tak kutemukan ia disana.

•••

Cinta merasakan guguran sakura mulai menghujaniku seiring gerimis yang berjatuhan sore ini. Tujuh tahun lebih sejak saat itu dan Cinta tak pernah bertemu atau sekedar melihatnya lagi. Masa yang begitu sulit untuk ia lewati. Cinta yang tak terbiasa untuk tidak melihatnya. Dia begitu jauh kini. Namun entah kenapa Cinta tak pernah bisa benar-benar melupakannya. Anthoni tak pernah tergantikan, meski ia tak pernah tahu. Anthoni masih ada disini, dalam hatinya, meski ia tak pernah merasa. Bahkan Anthoni selalu datang secara tiba-tiba dalam mimpinya, meski ia tak menyadari itu. Dan hari ini bahkan ia tiba-tiba mengirim pesan singkat ini pada Cinta. Seolah mengajaknya untuk menoleh pada tujuh tahun yang lalu. Entahlah apa yang harus ia lakukan. Cinta hanya bisa memandangi deretan huruf itu dilayar handphone-nya. Memaknai setiap rasa yang mulai mengendap-endap memasuki hatinya lagi.
“Akankah selamanya kau menggangguku seperti ini Anthoni? Kau dan aku takkan pernah bersatu jika kita tak kembali pada satu rasa yang sama.”



•••

 

merdikawati Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea